Jumat, 16 April 2010

mengenal rasa

Banyak
orang yang bertanya, mengapa
dalam mempelajari Agama
mesti harus mengenal Rasa ?
Memang kalau hanya sampai
pada tingkat Syariat, bab rasa
tidak pernah dibicarakan atau
disinggung. Tetapi pada
tingkat Tarekat keatas bab
rasa ini mulai disinggung.
Karena bila belajar ilmu
Agama itu berarti mulai
mengenal siapa Sang Percipta
itu.
Karena ALLAH maha GHOIB
maka dalam mengenal hal
GHOIB kita wajib mengaji
rasa.
Jadi jelas berbeda dengan
tingkat syariat yang memang
mengaji telinga dan mulut
saja.Dan mereka hanya yakin
akan hasil kerja panca
inderanya.Bukan Batin!
Bab rasa dapat dibagi dalam
beberapa golongan .Yaitu :
RASA TUNGGAL, SEJATINYA
RASA, RASA SEJATI, RASA
TUNGGAL JATI.
Mengaji Rasa sangat
diperlukan dalam mengenal
GHOIB.Karena hanya dengan
mengaji rasa yang dimiliki
oleh batin itulah maka kita
akan mengenal dalam arti
yang sebenarnya,apa itu
GHOIB.
1. RASA TUNGGAL
Yang empunya Rasa Tunggal
ini ialah jasad/jasmani. Yaitu
rasa lelah, lemah dan capai.
Kalau Rasa lapar dan haus itu
bukan milik jasmani melainkan
milik nafsu.
Mengapa jasmani memiliki
rasa Tunggal ini. Karena
sesungguhnya dalam jasmani/
jasad ada penguasanya/
penunggunya. Orang tentu
mengenal nama QODHAM atau
ALIF LAM ALIF. Itulah
sebabnya maka didalam AL
QUR ’AN, ALLAH
memerintahkan agar kita mau
merawat jasad/jasmani. Kalau
perlu, kita harus menanyakan
kepada orang yang ahli/
mengerti. Selain merawatnya
agar tidak terkena penyakit
jasmani, kita pun harus
merawatnya agar tidak
menjadi korban karena ulah
hawa nafsu maka jasad
kedinginan, kepanasan ataupun
masuk angin.
Bila soal-soal ini kita
perhatikan dengan sungguh-
sungguh, niscaya jasad kita
juga tahu terima kasih. Kalau
dia kita perlakukan dengan
baik, maka kebaikan kita pun
akan dibalas dengan kebaikan
pula. Karena sesungguhnya
jasad itu pakaian sementara
untuk hidup sementara dialam
fana ini. Kalau selama hidup
jasad kita rawat dengan
sungguh-sungguh (kita
bersihkan 2 x sehari/mandi,
sebelum puasa keramas,
sebelum sholat berwudhu
dulu, dan tidak menjadi korban
hawa nafsu, serta kita lindungi
dari pengaruh alam), maka
dikala hendak mati jasad yang
sudah suci itu pasti akan mau
diajak bersama-sama kembali
keasal, untuk kembali ke sang
pencipta. Seperti halnya kita
bersama-sama pada waktu
dating/lahir kealam fana ini.
Mati yang demikian dinamakan
mati Tilem (tidur) atau mati
sempurna. Pandangan yang
kita lakukan malah sebaliknya.
Mati dengan meninggalkan
jasad. Kalau jasad sampai
dikubur, maka QODHAM atau
ALIF LAM ALIF, akan
mengalami siksa kubur. Dan
kelak dihari kiamat akan
dibangkitkan.
Dalam mencari nafkah baik
lahir maupun batin, jangan
mengabaikan jasad. Jangan
melupakan waktu istirahat.
Sebab itu ALLAH ciptakan
waktu 24 jam (8 jam untuk
mencari nafkah, 8 jam untuk
beribadah, dan 8 jam untuk
beristirahat). Juga dalam hal
berpuasa, jangan sampai
mengabaikan jasad. Sebab itu
ALLAH tidak suka yang
berlebih-lebihan. Karena yang
suka berlebih-lebihan itu
adalah Dzad (angan-angan).
Karena dzad mempunyai sifat
selalu tidak merasa puas.
2. SEJATINYA RASA
Apapun yang datangnya dari
luar tubuh dan menimbulkan
adanya rasa, maka rasa itu
dinamakan sejatinya rasa. Jadi
sejatinya rasa adalah milik
panca indera:
1. MATA : Senang karena
mata dapat melihat
sesuatu yang indah atau
tidak senang bila mata
melihat hal-hal yang tidak
pada tenpatnya.
2. TELINGA : Senang karena
mendengar suara yang
merdu atau tidak senang
mendengar isu atau
fitnahan orang.
3. HIDUNG : Senang mencium
bebauan wangi/harum atau
tidak senang mencium
bebauan yang busuk.
4. KULIT : Senang kalau
bersinggungan dengan
orang yang disayang atau
tidak senang
bersunggungan dengan
orang yang nerpenyakitan.
5. LIDAH : Senang makan
atau minum yang enak-
enak atau tidak senang
memakan makanan yang
busuk.
3. RASA SEJATI
Rasa sejati akan timbul bila
terdapat rangsangan dari luar,
dan dari tubuh kita akan
mengeluarkan sesuatu. Pada
waktu keluarnya sesuatu dari
tubuh kita itu, maka timbul
Rasa Sejati. Untuk jelasnya
lagi Rasa Sejati timbul pada
waktu klimaks/pada waktu
melakukan hubungan seksual.
4. RASA TUNGGAL JATI
Rasa Tunggal Jati sering
diperoleh oleh mereka yang
sudah dapat melakukan
Meraga Sukma (keluar dari
jasad) dan Solat Dha ’im.
Beda antara Meraga Sukma dan
Sholat Dha ’im ialah :
1. Kalau Meraga Sukma jasad
masih ada.batin keluar dan
dapat pergi kemana saja.
2. Kalau Sholat Dha ’im jasad
dan batin kembali keujud
Nur dan lalu dapat pergi
kemana saja yang
dikehendaki. Juga dapat
kembali / bepergian ke
ALAM LAUHUL MAKHFUZ.
Bila kita Meraga Sukma
maupun sholat Dha ’im, mula
pertama dari ujung kaki akan
terasa seperti ada “aliran“
yang menuju ke atas /
kekepala. Pada Meraga sukma,
bila “aliran“ itu setibanya
didada akan menimbulkan rasa
ragu-ragu/khawatir atau was-
was. Bila kita ikhlas, maka
kejadian selanjutnya kita dapat
keluar dari jasad, dan yang
keluar itu ternyata masih
memiliki jasad. Memang
sesungguhnyalah, bahwa
setiap manusia itu memiliki 3
buah wadah lagi, selain jasad/
jasmani yang tampak oleh
mata lahir ini. Pada bagian lain
bab ini akan kita kupas.Kalau
sholat Dha ’im bertepatan
dengan adanya “Aliran“ dari
arah ujung kaki, maka dengan
cepat bagian tubuh kita akan
“ Menghilang“ dan kita akan
berubah menjadi seberkas Nur
sebesar biji ketumbar dibelah
7 bagian. Bercahaya bagai
sebutir berlian yang
berkilauan. Nah, rasa keluar
dari jasad atau rasa berubah
menjadi setitik Nur. Nur inilah
yang disebut sebagai Rasa
Tunggal Jati. Selain itu, baik
dalam Meraga Sukma maupun
Sholat Dha ’im. Bila hendak
bepergian kemana-mana kita
tinggal meniatkan saja maka
sudah sampai. Rasa ini juga
dapat disebut Rasa Tunggal
Jati. Sebab dalam bepergian itu
kita sudah tidak merasakan
haus, lapar, kehausan,
kedinginan dan lain
sebagainya. Bagi mereka yang
berkeinginan untuk dapat
melakukan Meraga Sukma
dianjurkan untuk sering
Tirakat/Kannat puasa.
Jadikanlah puasa itu sebagai
suatu kegemaran. Dan yang
penting juga jangan dilupakan
melakukan Dzikir gabungan
NAFI-ISBAT dan QOLBU. Dalam
sehari-hari sudah pada tahapan
lillahi ta ’ala.
Hal ini berlaku baik mereka
yang menghendaki untuk dapat
melakukan SHOLAT DHA ’IM.
Kalau Meraga Sukma
mempergunakan Nur ALLAH,
tapi bila SHOLAT DHA ’IM sudah
mempergunakan Nur ILLAHI.
Karena ada Rasa Sejati, maka
Rasa merupakan asal usul
segala sesuatu yang ada. Oleh
sebab itu bila hendak
mendalami ilmu MA ’RIFAT
Islam dianjurkan untuk selalu
bertindak berdasarkan rasa.
Artinya jangan membenci,
jangan menaruh dendam,
jangan iri, jangan sirik, jangan
bertindak sembrono, jangan
bertindak kasar terhadap
sesame manusia, dll. Sebab
dihadapan Tuhan Yang Maha
Kuasa, kita ini semua sama ,
karena masing-masing
memiliki rasa. Rasa merupakan
lingkaran penghubung antara
etika pergaulan antar manusia,
juga sebagai lingkaran
penghubung pergaulan umat
dengan Penciptanya. Rasa
Tunggal jati ini mempunyai arti
dan makna yang luas. Karena
bagai hidup itu sendiri. Apapun
yang hidup mempunyai arti.
Dan apapun yang mempunyai
arti itu hidup. Sama halnya
apapun yang hidup mempunyai
Rasa. Dan apapun yang
mempunyai Rasa itu Hidup.
Dengan penjelasan ini, maka
dapat diambil kesimpilan
bahwa yang mendiami Rasa itu
adalah Hidup. Dan Hidup itu
sendiri ialah Sang Pencipta/
ALLAH. Padahal kita semua ini
umat yang hidup. Jadi sama
ada Penciptanya. Oleh sebab
itu, umat manusia harus saling
menghormati, tidak saling
merugikan, bahkan harus
saling tolong menolang dll.
Dan hal ini sesuai dalam firman
ALLAH : “HAI MANUSIA!
MASUKLAH KALIAN DALAM
PERDAMAIAN, JANGAN
BERPECAH BELAH MENGIKUTI
LANGKAH SYAITAN,
SESUNGGUHNYA SYAITAN ITU
MUSUHMU YANG NYATA ”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar