Sabtu, 17 April 2010

mati sakjroning urip

Banyak pelajaran yang bisa kita
ambil dari pengalaman hidup, baik
itu pengalaman hidup pribadi
maupun orang lain. Orang Jawa
menyebut belajar pada pengalaman
orang lain itu sebagai "kaca
benggala". Nah, kini kita belajar pada
pengalaman dari Kanjeng Sunan
Kalijaga.
Ketika itu, Kanjeng Sunan Kalijaga
yang juga dijuluki Syech Malaka
berniat hendak pergi ke Mekkah.
Tetapi, niatnya itu akhirnya dihadang
Nabi Khidir. Nabi Khidir berpesan
hendaknya Kanjeng Sunan Kalijaga
mengurungkan niatnya untuk pergi
ke Mekkah, sebab ada hal yang lebih
penting untuk dilakukan yakni
kembali ke pulau Jawa. Kalau tidak,
maka penduduk pulau Jawa akan
kembali kafir.
Bagaimana wejangan dari Nabi
Khidir pada Kanjeng Sunan Kalijaga?
Hal itu tercetus lewat Suluk Linglung
Sunan Kalijaga. Inilah kutipan
wejangannya:
Birahi ananireku,
aranira Allah jati.
Tanana kalih tetiga,
sapa wruha yen wus dadi,
ingsun weruh pesti nora,
ngarani namanireki
Timbullah hasrat kehendak Allah
menjadikan terwujudnya dirimu;
dengan adanya wujud dirimu
menunjukkan akan adanya Allah
dengan sesungguhnya; Allah itu
tidak mungkin ada dua apalagi tiga.
Siapa yang mengetahui asal muasal
kejadian dirinya, saya berani
memastikan bahwa orang itu tidak
akan membanggakan dirinya
sendiri.
Sipat jamal ta puniku,
ingkang kinen angarani,
pepakane ana ika,
akon ngarani puniki,
iya Allah angandika,
mring Muhammad kang kekasih.
Ada pun sifat jamal (sifat terpuji/
bagus) itu ialah, sifat yang selalu
berusaha menyebutkan, bahwa
pada dasarnya adanya dirinya,
karena ada yang mewujudkan
adanya. Demikianlah yang
difirmankan Allah kepada Nabi
Muhammad yang menjadi Kekasih-
Nya
Yen tanana sira iku,
ingsun tanana ngarani,
mung sira ngarani ing wang,
dene tunggal lan sireki iya Ingsun
iya sira,
aranira aran mami
Kalau tidak ada dirimu, Allah tidak
dikenal/disebut-sebut; Hanya
dengan sebab ada kamulah yang
menyebutkan keberadaan-Ku;
Sehingga kelihatan seolah-olah satu
dengan dirimu. Adanya AKU, Allah,
menjadikan dirimu. Wujudmu
menunjukkan adanya Dzatku
Tauhid hidayat sireku,
tunggal lawan Sang Hyang Widhi,
tunggal sira lawan Allah,
uga donya uga akhir,
ya rumangsana pangeran,
ya Allah ana nireki.
Tauhid hidayah yang sudah ada
padamu, menyatu dengan Tuhan.
Menyatu dengan Allah, baik di dunia
maupun di akherat. Dan kamu
merasa bahwa Allah itu ada dalam
dirimu
Ruh idhofi neng sireku,
makrifat ya den arani,
uripe ingaranan Syahdat,
urip tunggil jroning urip sujud rukuk
pangasonya,
rukuk pamore Hyang Widhi
Ruh idhofi ada dalam dirimu.
Makrifat sebutannya. Hidupnya
disebut Syahadat (kesaksian), hidup
tunggal dalam hidup. Sujud rukuk
sebagai penghiasnya. Rukuk berarti
dekat dengan Tuhan pilihan.
Sekarat tananamu nyamur,
ja melu yen sira wedi,
lan ja melu-melu Allah,
iku aran sakaratil,
ruh idhofi mati tannana,
urip mati mati urip.
Penderitaan yang selalu menyertai
menjelang ajal (sekarat) tidak terjadi
padamu. Jangan takut menghadapi
sakratulmaut, dan jangan ikut-ikutan
takut menjelang pertemuanmu
dengan Allah. Perasaan takut itulah
yang disebut dengan sekarat. Ruh
idhofi tak akan mati; Hidup mati,
mati hidup
Liring mati sajroning ngahurip,
iya urip sajtoning pejah,
urip bae selawase,
kang mati nepsu iku,
badan dhohir ingkang nglakoni,
katampan badan kang nyata,
pamore sawujud, pagene ngrasa
matiya,
Syekh Malaya (S.Kalijaga) den
padhang sira nampani,
Wahyu prapta nugraha.
mati di dalam kehidupan. Atau sama
dengan hidup dalam kematian. Ialah
hidup abadi. Yang mati itu nafsunya.
Lahiriah badan yang menjalani mati.
Tertimpa pada jasad yang
sebenarnya. Kenyataannya satu
wujud. Raga sirna, sukma mukhsa.
Jelasnya mengalami kematian! Syeh
Malaya (S.Kalijaga), terimalah hal ini
sebagai ajaranku dengan hatimu
yang lapang. Anugerah berupa
wahyu akan datang padamu.
Dari wejangan tersebut kita bisa
lebih mengenal GUSTI ALLAH dan
seharusnya manusia tidak takut
untuk menghadapi kematian.
Disamping itu juga terdapat
wejangan tentang bagaimana
seharusnya semedi yang disebut
"mati sajroning ngahurip" dan
bagaimana dalam menjalani
kehidupan di dunia ini.

1 komentar:

  1. Sejatinya Sunan Kalijaga iku ya Nur Muhammad Saw.Ya Nur Adam As.Fil awwali wal akhiri dzat laisa.

    BalasHapus